Njogo Babahan Howo Songo - Printable Version +- terzier WebForum (https://www.terzier.com/v1) +-- Forum: Aku berbagi (https://www.terzier.com/v1/Forum-Aku-berbagi) +--- Forum: Artikel Renungan Dan Kata² Bijak (https://www.terzier.com/v1/Forum-Artikel-Renungan-Dan-Kata%C2%B2-Bijak) +--- Thread: Njogo Babahan Howo Songo (/Thread-Njogo-Babahan-Howo-Songo) |
Njogo Babahan Howo Songo - Terzier - 09-06-2024 maksud judul di atas dalam bahasa indonesia, Menjaga Lubang Hawa Sembilan, kurang lebih begitu. Dalam khasanah Jawa kalimat di atas sangat akrab diucapkan orang-orang tua. "Kalau kepingin menjadi manusia yang berbudi luhur, harus bisa Njogo Babahan Howo Songo" Apa yang dimaksud Lubang Hawa Sembilan itu? Itulah jalan keburukan yang ada pada diri kita. Jalan itu berjumlah sembilan.
Lubang yang ada pada tubuh kita yaitu; dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, satu mulut, lubang kelamin dan lubang dubur. Itu adalah lubang jalannya hawa pada tubuh kita. Dari lubang-lubang tersebut kita sering berbuat aniaya terhadap diri sendiri. Jika kita terlalu memanjakan sembilan lubang tadi, kita akan jauh dari budi luhur. Menjadi manusia yang buruk perangainya. Dua lubang telinga itu selayaknya mendengarkan kata-kata yang baik. Bukannya mendengar gosip dan mencari bahan untuk menggosip. Dari menurutkan pendengaran pada kata-kata yang tidak baik mudah menyulut nafsu kita untuk menyimpang dari kebaikan. Dari mendengar kata-kata yang jelek, kita bisa marah, mendendam karena sakit hati. Dua lubang mata, seharusnya digunakan untuk melihat hal-hal yang baik. Bukan untuk melihat hal-hal yang bisa membangkitkan nafsu jahat kita, umpamanya melihat filem bokep, mencari-cari keburukan orang lain. Dua lubang hidung, gunakan untuk bernafas dan membaui harum-haruman. Tetapi bila nafas kita tidak berlandaskan kesadaran kepada tuhan, artinya udara yang masuk ke dalam badan kita bukanlah udara syukur. Jadi bernafas dengan menjaga syukur, agar udara itu manfaat untuk kerja badan kita. Membaui haurm-haruman, dan bau aroma makanan…kalau berlebihan itu namyanya memanjakan nafsu aluamah, memanjakan diri, menuruti kesukaan. Lubang mulut. di dalamnya terdapat lisan yang digunakan untuk berkata yang baik-baik. Bukan untuk mencaci, memfitnah. Sebagian besar manusia kehilangan kehormatannya karena berkata sembarangan. Juga digunakan untuk memasukkan obat dan makanan. tetapi jika terlalu banyak makan, kurang baik jadinya. Lubang kemaluan. Di sana terletak kenikmatan seks dan alat reproduksi. Ini juga harus dijaga, jangan sampai digunakan untuk berzina (berhubungan seks tidak syah). Kalau sampai terjadi kehamilan, dan tidak bertanggung jawab, akan mengacaukan garis darah dan keturunan. Itu menyesatkan. Kalau untuk bersenang-senang, tentunya ya ada batasnya. (terjaga) Lubang dubur. Jangan terlalu banyak makan supaya tidak repot, sering-sering kebelakang (he he he…). Kalau sering ke belakang, mengganggu ibadah. Apalagi bila lewat belakang (hubungan seks), itu sungguh dilarang agama dan ajaran budi luhur. kredit : jagakali.wordpress.com Babahan Hawa Sanga Decoded - Terzier - 09-06-2024 Hawa/Howo bahasa Jawa dapat berarti lubang, dan Hawa dalam bahasa Arab dapat pula berarti keinginan atau kehendak. Hawa nafs berarti keinginan jiwa (nafs = jiwa). Jiwa dalam ilmu jiwa (psikiatri) dibedakan dengan pengertian nyawa atau ruh. Jiwa adalah manifestasi kesadaran manusia dengan kecenderungan-kecenderungan yang dapat dipelajari baik secara kaidah ilmu ilmiah (psikiatri) dan kaidah ilmu psikologi. Dari penanda dalam bahasa Jawa : Babahan Hawa Sanga, yang biasanya kalimat lengkapnya adalah sebuah nasihat : “Nutupi babahan hawa sanga” ini mari kita coba decode Babahan Hawa Sanga. Babahan Hawa Sanga artinya 9 keinginan jiwa (hawa nafs) yang harus diwaspadai agar tidak salah arah, akibat dibukanya secara tak terkendali 9 jendela lubang (howo) pemicu hawa (keinginan) dalam diri jiwani manusia. Percaya atau tidak, 9 lubang yang ada pada fisik manusia ini pada hekatnya juga mempengaruhi batiniah manusia. Orang Jawa yang sudah jawa (mengerti) biasanya cukup berpesan kepada anak cucunya untuk sedapat mungkin menutupi babahan hawa sanga dalam arti berusaha tidak menyimpangi (mengerem dari menyimpangi) hawa nafs atau keinginan jiwa yang bersumber dari 9 lubang jendela dalam diri manusia. Hawa (2-dua) pertama adalah mata kanan dan hawa kedua adalah mata kiri, penanda ini adalah perwujudan keinginan jiwa yang bersumber dari dibukanya jendela mata. Bisa dengan istilah gaul lapar mata. Keinginan jiwa (hawa nafs) yang berasal ketika jendela mata dibuka dengan ‘diafragma lebar’ dan membiarkan mata terpapar/tereksposure oleh pemandangan yang menyebabkan hati menjadi memiliki keinginan syahwati. Syahwati artinya bisa macam-macam, pemenuhan lubang jiwa, bisa punya keinginan untuk menikmati suatu hal, keinginan memiliki dan mencoba suatu hal dari sumber informasi ke otak dari hasil pandangan mata. Pandangan mata bila diarahkan ke hal-hal yang arrousal maka akibatnya bisa menjurus ke arah maksiat. Pandangan mata mudah melekat pada lawan jenis, dan justru karena ini banyak yang ingin memuaskan pandangan matanya untuk menyaksikan eksplorasi tubuh lawan jenis. Jika ke istri/suami sendiri maka sah saja, tapi bila jendela mata dibuka lebar untuk menyimpang ke arah sajian baik yang live maupun media visual yang mengarahkan libido, maka ini lain halnya. Hawa (2-dua) ketiga adalah lubang telinga kanan dan hawa keempat adalah lubang telinga kiri. Telinga kadang mendengar apa yang kita sukai saja, dan bila jendela telinga dibuka dengan ‘diafragma lebar’ untuk terpapar gosip, dengar asyik gunjing-menggunjing maka telinga akan semakin menikmati untuk mendengar yang tidak semestinya dibuka lebar untuk didengar, apalagi bila telinga suka digunakan untuk mendengar hal-hal yang mengarah pada persekongkolan jahat, dan yang mengarah ke perbuatan maksiat. Keinginan yang bersumber dari 2 jendela telinga dapat merasuk dalam jiwa (hawa nafs) berarti keinginan jiwa. Hawa (2-dua) kelima adalah lubang hidung kanan, dan hawa keenam adalah lubang hidung kiri. Indra penciuman dapat merefleksikan sinyal kimiawi ke otak dan akan direspon dengan memicu aneka hormonal jika mencium sesuatu. Bila mencium bau yang wangi, misalkan wangi parfum maka akan benar bila dalam kondisi tidak dibangkitkan oleh hawa nafs atau keinginan jiwa yang menyimpang. Sebaliknya, keinginan jiwa (hawa nafs) yang menyimpang akan semakin mendapat dorongan jika pembukaan lebar lubang hidung diproses untuk mencium wangi atau aneka bau yang membangkitkan keinginan untuk melakukan maksiat, katakanlah mencium wangi parfum seorang pedagang seks, -tidak akan berakibat apapun pada orang yang tidak membiarkan keinginan jiwanya (hawa nafsnya) menyimpang-. Sebaliknya, jika telah ada goresan dalam hati untuk berbuat menyimpang menuju kemaksiatan, maka mencium wangi parfum pedagang seks atau pasangan ilegal, akan dapat mengantarkan hawa jiwa lempang menuju ke arah yang menyimpang, yang memang diinginkan. Ada guyonan pada jaman edan ini : ‘hal-hal yang memang diinginkan’. Hawa (1-satu) ketujuh adalah mulut. Banyak keinginan jiwa (hawa nafs) yang bersumber bila jendela mulut dibuka lebar, sehingga terpapar atau terekspose oleh hal-hal yang bersifat memenuhi unsur rakus (gluttony dalam seven deadly sins). Rakus adalah makan tanpa ingat orang yang lapar. Mulut juga merupakan salah satu jendela hawa sanga yang rawan untuk mengantarkan orang menuju ke kebinasaan. Mulut yang berkata bohong, mulut yang makan barang dilarang, dan yang diperoleh dari barang yang dilarang. Mulut yang mengeluarkan perkataan yang menyakitkan, dan yang mengeluarkan kata-kata yang rusak (alias cangkem letrek dalam bahasa Jawa kasar). Hawa nafs atau keinginan jiwa memang bisa dipenuhi oleh mulut, namun orang Jawa yang telah jawa (mafhum) memandang harus sedapat mungkin menutup keinginan mulut, dan hanya membukanya untuk maksud-maksud yang baik saja. Hawa (1-satu) yang kedelapan adalah lubang kemaluan. Banyak unsur keinginan jiwa (hawa nafs) yang bersumber dari dibukanya jendela lubang kemaluan menjadi terpapar atau terekspose hal-hal maksiat yang sejatinya merugikan. Ada orang yang bilang mengapa merugikan ?, kan menguntungkan bila dibuat maksiat? Well, saya bukan orang yang suci, tapi setidaknya ada pengetahuan umum yang menyatakan kalau freesex pada akhirnya akan merugikan kesehatan mental, dan kesehatan fisik dan akhirnya merugikan kehidupan. Kalau tidak percaya ya jangan mencoba, hanya lihatlah saja gejala orang-orang di sekitar yang menjalankan free *****. Hawa (1-satu) kesembilan adalah lubang dubur. Keinginan yang bersumber dari lubang dubur ini adalah keinginan buta kaum Nabi Luth yang ada di kota Sodom dan Gomorah. Kedua kota (ancient city) ini telah hancur luluh dipecut (whiplas) oleh bencana alam. Kita memang tidak dapat menghakimi orang yang cenderung mengeksploitasi anal sebagai sumber kenikmatan hawa (keinginan) jiwa/ (hawa nafs) nya, tapi, logikanya kalau tidak murka, mengapa Sodom dan Gomorah dihancurkan oleh Nya ? Bukan hanya sekedar bencana alam kemudian bangun kembali seperti bencana jaman sekarang, tapi bencana yang membinasakan (total annihilation) dan hanya Nabi Luth atau Nabi Lot yang disisakan, kecuali perempuan tua yang menjadi istrinya yang suka akan tabiat menyimpang tersebut jadi abu. Dewasa ini banyak terjadi sodomi oleh orang yang memiliki penyakit dalam hatinya terhadap anak-anak kecil, anak jalanan dan korban-korban yang rentan. Hal ini amat bahaya bila tidak ada pihak yang berbicara akan bahaya pengumbaran kejahatan ini. Demikian “Nutupi Babahan Hawa Sanga” decoded. (9*) kredit : mung-pujanarko |